Selasa, 26 Juli 2011

1

Istirahat pertama. Aku menuju ke Perpus saja. Tidak seperti biasanya aku ke kantin dg Nia dan Rahma. Karena ini hari kamis, aku bepuasa sekarang. Kuambil beberapa buku tentang fisika, kulihat sebentar. Aku sedang tak bersemangat melihat rumus, lalu kuganti dg koran. Beberapa lama membaca, disebelahku ada seorang lelaki yg memasang mimik menunggu.
Aku tak berani menatapnya. Aku mengerti, dia juga ingin membaca koran yg kupegang.
Lalu kuserahkan, agak risih jika dilihat lelaki seperti itu. Aku memang tipe wanita yg kurang bisa bergaul dg lelaki.
Aku dibesarkan dalam keluarga yg taat menjalankan agama. Aku menutup diri dg laki-laki sejak lulus dari SD.
Seingatku, sejak pertama kali haid, aku hanya beberapa kali saja bersentuhan dg lelaki, itupun karena tak sengaja. Mengambil kembalian dari penjual makanan,misalnya.. atau tersentuh temanku secara tak sengaja. Aku sangat menjaga diri. karena bagiku. itu adalah dosa.

Lelaki itu bernama Rian. Berambut lurus,berkulit putih,tubuhnya tinggi ideal. Dagu dan hidung nya yg mancung, serta sorot matanya yg tajam membuatnya di-gilai banyak wanita.
Rian adalah wakil ketua OSIS. Tak ayal, dia siswa yg dikenali seisi sekolah. Dia juga jago Tekwondo,mahir bermain bola, serta batminton. Mungkin jika ada organisasi yg boleh dibentuk lagi, itu pasti Organisasi penggemar berat Rian. Namun aku tak peduli dg hal-hal seperti itu.
Aku sekilas melihat Rian yg asik membaca. Tentu dia membaca rublik Olahraga, karena dia senang sekali dg Chelsea, klub bola asal Britania Raya.
Aku berdiri, aku ingin segera meninggalkan Perpus karna waktu istirahat akan segera habis.
Beberapa langkah kuberjalan..
"Hey..ehm...handphone mu ketinggalan"
Lelaki itu memanggilku, Aku terperanjat, aku tersadar. aku melupakan HP ku,..
"Ooh.. iya terimkasih" jawabku.
aku lalu pergi. aku mengerti kenapa teman-temanku tergila-gila dg rian.
karena dia memiliki pesona yg luar biasa. gaya nya cool, namun ramah tuturnya.
aku sadar, aku sedang berpuasa. tak baik jika aku memikirkan lelaki non mahrom. aku lalu berusaha membuang pikiran tentang rian.
Aku masuk kelas, XI IPA1. Disana sudah ada Nia dan Rahma yg memakai jilbab besar sepertiku. kami merasa kuat jika bersama, kami merasa kuat menjaga hijab ini. Karena banyak sekali ejekan orang tentang apa yg kami pakai.
Sayang mereka tak mengerti...

Bel pulang berbunyi.
Siswa siswi SMA menghambur dari kelas. Ingin segera keluar dari aktivitas melelahkan bernama "Belajar mengajar" ini.
Aku seharusnya langsung pulang kerumah. Namun aku harus pergi kerumah bibiku terlebih dahulu. ibuku menitipkan sesuatu untuk beliau.
Kota Banjarmasin cukup padat disiang hari. Dan panas tentunya.
Aku terus memacu motorku, ingin segera kusampai dirumah bibi, agak jauh memang, pinggiran kota.

Terlihat kerumunan manusia dari kejauhan. Sepertinya ada kecelakaan.
Astaghfirullah...
itu Rian..
kulihat beberapa orang menggerumuni nya. Celana abu-abunya robek, sikunya luka parah, hidungnya berdarah, berdarah melumuri bajunya yg putih. motornya remuk dibagian muka.
Aku menepikan motor.

"mang..ini teman saya mang." ucapku, tak jelas pada siapa.
"ayo de, cepat bawa ke Rumah sakit. kami tak ada kendaraan." ucap salah seorang.

Rian korban tabrak lari, lukanya hebat. aku harus cepat membawanya ke RS.
Diatas motor, dalam keadaan mengerang kesakitan rian bersandar padaku. untungnya aku memakai tas sandang. jadi dia menyandarkan kepalanya pada tasku.
Lima menit kemudian kami sampai dirumah sakit terdekat.
Lalu kupanggil beberapa orang untuk memapah Rian menuju ruangan yg bertuliskan UGD.
Rian memberikan aku hp miliknya untuk segera menghubungi rumahnya.
Nahas, ternyata ayah rian yg anggota DPRD itu sedang Ke Jakarta. hanya ada pembantunya dirumahnya.
ibunya sudah lama meninggal.
Rian menjalani beberapa perawatan. aku menungguinya, tak sampai hati aku meninggalkan makhluk ini. bukan karena dia tampan, hanya karena aku tak tegaan.
Rian harus Opname. kakinya retak, hidung nya memar.
Rian memintaku untuk mengambil uangnya di ATM. untuk pembayaran RS.
aku menemaninya di ruangan opname. dia tak memiliki keluarga sama sekali. Rian adalah pendatang dikota ini.
dan dia hanya tinggal berdua dg ayahnya dirumah.

matanya yg indah kini memerah, hidungnya masih berdarah..
pesona itu kini memudar, lalu tertidur karena letih bersandar..
sungguh kasihan lelaki ini....





Bersambung....
-Jo george-
menulis tentang wanita itu ternyata sulit.
(fiktif lagi, fiktif lagi..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar