Aku tak berani menatap wajah nya. Aku hanya menunduk. Aku sangat terjkejut, Rian kini ada dihadapan kami.
Rian duduk bersama kami diruang tamu rumah kami. Oh, mungkin tidak lagi. rian adalah pemilik resmi rumah ini.
kami memasang wajah cemas, menunggu apa yang akan dilakukan pemuda ini terhadap keluarga kami. apa kah dia kan mengusir kami ? setega itukah rian, sedangkan abah masih terbaring ditempat tidur sambil dirawat jalan.?
apa mau rian dg membeli rumah ku. aku menyimpan banyak tanya namun mulut urung ku buka.
"beberapa tahun yang lalu saya pernah kerumah ini. sepertinya rumah ini nyaman untuk saya, lagipula disebelah kan ada masjid. saya suka rumah ini. tapi saya belum menikah, akan sangat kesepian jika saya tinggal sendirian." rian bersuara
"maksud nak rian?" tanya umi lirih
"kalau ibu sekeluarga berkenan menemani saya tinggal dirumah sebesar ini, saya tentu akan sangat snang, saya juga dulu punya hutang jasa ke sarah. mungkin ini sebagai balas jasa nya" lanjut nya
umi menatap kearahku. mata nya berkaca. aku payau, hati ku kacau. aku tak tau harus bagaimana.
kami tak punya tempat lagi. sebenarnya aku merasa risih serumah dg rian.tapi aku tak punya pilihan.
jadi lah kami menumpang dirumah rian.
Rian, sudah jauh berubah dari pemuda yg dulu kukenal. Tutur nya sekarang bermakna. akhlak nya mulia. sikap nya pun bijaksana.
Rian menghidupkan kembali usaha sarirangan abah yg bangkrut.
Rian juga membuka stand2 kebab turki di beberapa tempat dikota ini. katanya dia mendapat resep rahasia dari teman nya yg tinggal dipedalaman adana, kota kecil diselatan turki. dan kebab nya memang luar biasa lezat nya.
rian mencocokan selera masyarakat setempat. jadi, kebab racikan nya digemari banyak orang.
rian juga membuka biro travel haji dan umroh, karena koneksi nya begitu banyak ditimur tengah.
Hebat nya, rian masih menyempatkan waktu nya untuk mengajar anak2 mengaji setiap sore di masjid sebelah rumah.
se-kreatif apapun rian berwirausaha, dia tak melupakan dirinya. seorang yang berilmu agama.
katanya dia ingin bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya. rian pun mulai aktif megisi kajian dimasjid-masjid.
nama nya mulai dikenal sekarang.
tiba-tiba ada rasa yg menusuk, rian dihatiku seperti masuk.
aku pun ber-istighfar. aku tak ingin kekaguman ku ini menjadikan ku berdosa.
aku masih seorang istri dari lelaki yang entah kemana. malang nian hidupku..
---
Hari itu ada reuni SMA. aku dan rian hadir. walau serumah, kami pergi dg alat yang berbeda.
aku bersama mio biru ku. dan rian dg Mercy classic '86, yg baru dibeli nya. rian ternyata juga penggemar mobil antik.
aku bertemu dg nia dan rahma. mereka sudah berkeluarga. aku senang berjumpa mereka.
Di kesempatan itu juga aku melihat mona. aku terkejut karena dia memakai kerudung juga.
mona terlihat mendekat ke arah rian. lalu tak tahu apa yang mereka bicarakan.
menurut kabar, mona sudah masuk islam karena menikah dg seorang muslim. namun baru saja dia bercerai.
mona sekarang seorang janda.
---
suatu pagi..
"sar..sar.. buka pintu sar!" suara umi dari balik pintu
"iya mii, sebentar" jawabku
"cepet sar, ini rian ada perlu"
Rian ? aku berfikir sejenak, ada perku apa rian dg ku. biasa nya dia dingin terhadapku.
berbicara pun seadanya, dan pandangan nya terjaga atasku.
"sar, ikut aku sebentar ya.. ajak umi juga. biar abah dijaga ida." ajak nya
"i..iya.." jawab ku. aku tak banyak tanya. 2 bulan bersama dalam satu rumah, aku masih agak canggung dg nya.
abah akan dijaga ida, adik ku. kebetulan dia sedang libur kuliah.
lalu kami bertiga pergi dg mobil mercy tua rian.
lagi-lagi..
perasaan ku tak enak. aku hanya bisa berdoa agar semua baik-baik saja.
Bersambung...(tak mau kalah ama cinta fitri)
-sarah-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar