Selasa, 26 Juli 2011

11

Aku duduk dibelakang, umi disampingku, lalu rian menyetir didepan sendirian..
tangan ku berair, aku sedikit gugup, cemas lebih tepatnya. tak biasanya rian mengajak kami mendadak seperti ini.
mobil rian ini, walau sudah termasuk katagori antik, masih dilengkapi dvd audio. sedari tadi rian menyalakan murotal syaikh shalah bukhatir kesukaan nya. Perlahan, surah huud yg diputar masuk kehatiku, menenangkan qolbu. aku bersandar, walau aku tak mengerti bhs arab, namun aku mengerti makna surah itu, disana terdapat kisah nabi-nabi yang didustakan kaum nya. termasuk disana kaum nabi luth yg di hujani dg hujan batu, yg tak pernah ada siksa seperti itu sebelum nya.
...
"kita sudah sampai" ujar rian.
yang kutahu, ini daerah Martapura, kota intan. dan aku berada disebuah tempat asing.
kubuka pintu mobil, umi tertidur, tak apa lah aku keluar sendiri.
tempat itu seperti sebuah gang kecil, dg rumah yang agak jarang. cukup jauh dari jalan raya. aku berjalan bersama rian..
hingga menuju sebuah rumah kecil, terlihat tak terurus. banyak orang berkerubung. tertera tulisan,
"POLICE LINE"
mata ku terbelalak, aku masih tak mengerti. beberapa polisi menahan kami agar tidak mendekat.
rian berbicara sesuatu kpd petugas. lalu kami masuk sampai teras...
mata tegang ku basah. banjir disudutnya.
kusapu dg ujung jilbabku, seolah tak habis air itu.....
Lelaki itu...

kami lalu langsung diminta petugas kepolisian untuk dimintai keterangan.
masiih, masih tak kering mataku..
Lelaki itu hakim, aku tak tahu apakah dia masih suamiku setelah meninggalkan ku sekian lama.
Aku shock, kulihat tadi wajah nya pucat, menjulurkan lidah, gantung diri diruang tamu hingga tewas, tim forensik mengatakan bahwa waktu kematian nya sekitar dua sampai tiga jam yg lalu.
dari kemaluan nya mengeluarkan sperma, seperti pelaku bunuh diri layaknya.
tak jauh dari tempat kematian nya, ada seorang lelaki telanjang dg luka tikam belati. tewas.

setelah, dari kantor polisi, kami diperbolehkan pulang..
di perjalanan, hatiku di isi semua perasaan galau, cemas, sedih, sekaligus pahit luar biasa.
hakim pernah menjadi bagian hidupku.
murotal kembali mengalun.
kali ini sudah masuk surah yusuf..
seperti biasanya, rian tetap dalam diam nya. dia hanya berkata, bahwa mona mengabari nya peristiwa pembunuhan dg ciri2 yg mirip hakim. kutahu mona yg sekarang menjadi wartawan memang sering menghubungi rian.
aku memeluk umi sambil terus menangis.
...
..
hujan turun sedari tadi..
kududuk disamping jendela, menginagt cerita dan luka.
aku menjanda sekarang, 4 bulan 10 hari aku tidak boleh keluar maupun berhias.
ini masa iddah ku. aku terpuruk dg semua kisah hidup. sangat berbeda dg rian.
kulihat rian, semakin dikenal sbg cendekiawan, sering diminta untuk berceramah, khotbah, atau jg narasumber acara bedah buku. usaha nya pun semakin maju, travel nya berkembang pesat. bukan hanya mengurusi haji dan umroh, juga angkutan darat seperti taxi, bus dan carteran.
rumah makan nya pun mulai bercabang-cabang. usaha kebab nya menjadi yg terbesar di banjarmasin.
sering kali, banyak yang menawari nya untuk menikah, dari ibu2 pengajian maupun rekan kerja nya.
rian hanya menjawab dg senyum dan ucapan, "menunggu orang yg tepat".

kadang ku berkhayal untuk menjadi istrinya.
hidup bersama pemuda yang mapan ini, menjalani hari2 baru, melupakan masa lalu.
namun, siapa kah aku ?
pantas kah ? mau kah dia ? kutahu rian dahulu menyukaiku...



-sarah asy-syifa-



bersambung buung...
hahaha.. kisah ini sudah menjalar ke ranah yg aku pun bingung menulis nya.
nanti mau aku jadikan novel saja, dg kisah yg disempurnakan tentunya.
maaf apa adanya,..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar